Bukti Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Samudra Pasai merupakan salah satu
kerajaan Islam yang ada di Pulau Sumatra yang terletak lebih kurang 15 km
disebelah timur Lhokseumawe, Nangro Aceh. Kerajaan ini diperikirakan tumbuh
pada pertengahan abad ke-13 M atau sekitar tahun 1270-1275 (Poesponegoro, 2009:
21-22). Berikut merupakan peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai:
1. Lonceng Cakra Donya
Lonceng
Cakra Donya merupakan sebuah lonceng raksasa berbentuk stupa yang terbuat dari
perunggu dengan tinggi 1,70 meter dan lebar 1 meter (Wijayakusuma, 2005: 37).
Lonceng ini buat pada tahun 1409 dan merupakan hadiah dari Kaisar Yongle
(berkuasa di Tiongkok sekitar abad ke-15) yang diserahkan melalui Ceng Ho
kepada Kerajaan Samudra Pasai sebagai bukti persahabat. Pada lonceng ini
terdapat sebuah tulisan berbahasa Mandarin yang berbunyi Sing Fang Niat
Toeng Juut Kat Yat Tjo (Sultan Sing Fang, telah diselesaikan pada bulan
ke-12 tahun kelima) (Sungkar, 2015: 35).
Permana (2015) dalam tulisannya di
tribunnews.com menyebutkan bahwa:
Pada masa
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), lonceng ini sempat dipasang
diburitan kapal perang bernama Cakradonya. Setelah tidak digunakan lagi di
kapal, lonceng ini kemudian digantung di depan Masjid Raya Baiturrahman dan
sering dibunyikan ketika penghuni istana harus mendengarkan maklumat sultan.
Pada tahun 1915, dari Masjid Raya Baiturrahman, lonceng ini kemudian
dipindahkan ke Museum Aceh hingga saat ini.
Lonceng Cakra Donya
2.
Dirham Kerajaan Samudra Pasai
Mata
uang logam emas (dirham) dicetak untuk pertama kali pada masa Sultan Muhammad
Malik al Zahir yang memerintah tahun 1297-1326 (:217). Dikatakan saat Laksamana
Cheng Ho dari Cina datang ke Sumatera Utara (1405-1433), dinar dan dirham
adalah mata uang utama di berbagai pasar di Kerajaan Samudra Pasai (Syafputri,
2012: 32). Dibagian muka semua dirham Kerajaan Samudra Pasai, kecuali milik
Sultan Salah al-Sin (1405-1412), tertera nama Sultan (Alfian, 1999: 4).
Dirham Kerajaan
Samudra Pasai
3.
Surat Sultan Zainal Abidin
Surat Sultan Zainal
Abidin
4.
Nisan Sultan Malik As-Shalih
Sepasang nisan
Sultan Malik As-Shalih berbentuk segi empat pipih bersayap dengan bagian punck
berupa mahkota bersusun dua. Pada nisan ini terdapat masing-masing tiga panil
disisi depan dan belakang yang berpahatkan kaligrafi Arab. Pada bagian puncak
juga terdapat bingkai oval yang berpahatkan kalgrafi Arab. Secarah keseluruhan
inskripsi tersebut dapat diartikan sebagai berikut menurut Asmanidar ( 2016: 410) :
“ini
kubur adalah kepunyaan almarhum hamba yang dihormati, yang diampuni, yang
taqwa, yang menajdi penasehat, yang terkenal, yang berketurunan, yang mulia,
yang kuat beribadah, penakluk, yang bergelar dengan Sultan Malik As-Salih.
Tanggal wafat, bulan Ramadhan tahun 696 Hijrah/1297 Masehi)”.
Pada sebelahnya terdapat syair Arab yang diartikan
sebagai:
Sesungguhnya
dunia ini fana, dunia tiada kekal
Sungguh,
duna ibarat (rumah) sarang yang ditenun oleh laba-laba
Cukup
sudah bagimu dunia ini wahai pencari makan
Hidup
(umur) hanya sekejap, siapapun akan mati
5.
Nisan Sultanah Nahrasiyah
Makam
Ratu Nahrasiyah terletak di Desa Meunasah Kuta Krueng, Kecamatan Samudera. Pada
makam ratu ini juga memuat silsilah raja-raja Samudera Pasai. Makam beliau
merupakan makam muslim terindah di Asia Tenggara. Makam sultanah Nahrasiyah
memiliki jirat yang tinggi bersatu dengan bagian nisan, keseluruhan nya terbuat
dari pualam yang langsung didatangkan dari gujarat. Makam Sultanah Nahrasiyah
juga dihiasi dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an yaitu kaligrafi Surah Yasin
lengkap yang terpahat pada nisannya. Selain itu terdapat pula pahatan ayat
kursi, suarat Ali Imran ayat 18-19, Surah Al-Baqarah, dan sebuah tulisan dalam
aksara Arab menurut Dahlia (2004) dalam (Asmanidar, 2016: 411) yang berarti:
“inilah
makam yang bercahaya, yang suci, ratu yang agung yang diampuni. Almarhumah Nahrasiyah
yang digelar dari bangsa Khadiyu anak sultan Haidar bin Said anak sultan
Zaional Abidin anaka sultan Ahmad anak Sultan Muhammad bin Malik As-Shalih,
atas mereka rahmat dan keampunan, mangkat pada hari senin 17 Zulhijjah Tahun
832 atau 1428 Masehi.
DAFTAR
RUJUKAN
Alfian,
I. 1999. Wajah Aceh Dalam Lintas Sejarah.
Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh.
Asmanidar.
2016. Cagar Budaya Sebagai Salah Satu Objek Wisata Religi d Kabupaten Aceh
Utara (Makam Sultan Malik As-Shalih dan Ratu Nahraiyah, Jurnal Ar-raniry (1). http://jurnal.ar-raniry.ac.id
Permana,
A. M. 2015. Lonceng Cakradonya Persembahan Laksamana Cheng Ho untuk Aceh, Tribunnews.com. Online. http://www.tribunnews.com/regional/2015/02/19/lonceng-cakradonya-persembahan-laksamana-cheng-ho-untuk-aceh
, diakses pada 01 April 2018.
Poeponegoro,
M. D. 2009. Sejarah Nasional Indonesia
Jilid III: Zaman pertumbuhan dn Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Sungkar,
M. 2015. Jelajah Ujung Barat Indonesia:
Banda Aceh-Sabang. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Syafputri,
E. 2012. Investasi Emas, Dinar, Dirham. Jakarta:
Penebar Plus.
Wijayakusuma,
H. 2005. Pembantaian Massal, 1740:
tragedi berdarah Angke. Jakarta: Obor.
Yuanzhi,
K. 2011. Cheng Ho Muslim Tionghoa:
Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Jakarta: Obor.
MEXICO CASINO | 12AM-12PM - JTG Hub
BalasHapusMEXICO 평택 출장안마 CASINO is a casino 과천 출장샵 in 파주 출장샵 the state of to ensure that the slot machines 문경 출장샵 have a 양주 출장마사지 fair and fair gaming environment.